Fakta Dan Keunikan Komodo

DhanyInfo™ - Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga pada malam hari. Komodo ialah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada ketika makan dan berkembang biak.



Reptil besar ini sanggup berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik dan bisa menyelam sedalam 4.5 meter; serta pandai memanjat pohon memakai cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo sanggup bangun dengan kaki belakangnya dan memakai ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih memakai cakarnya sebagai senjata, lantaran ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon.


Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo sanggup menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya. Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama belahan hari yang terpanas. Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di kawasan gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran binatang penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa.

Komodo ialah binatang karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai, penelitian mengatakan bahwa mereka juga berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu datang di erat tempat sembunyi komodo, binatang ini segera menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau tenggorokan. Komodo sanggup menemukan mangsanya dengan memakai penciumannya yang tajam, yang sanggup menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.


Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging dan kemudian menelannya bulat-bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isi perut mangsa yang berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tak disentuh.


Air liur yang kemerahan dan keluar dalam jumlah banyak amat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski demikian, proses menelan tetap memakan waktu yang panjang; 15–20 menit diharapkan untuk menelan seekor kambing. Komodo kadang-kadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan menekankan daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon, biar karkas itu bisa masuk melewati kerongkongannya. Dan kadang-kadang pula upaya menekan itu begitu keras sehingga pohon itu menjadi rebah.

Untuk menghindari biar tak tercekik ketika menelan, komodo bernapas melalui sebuah susukan kecil di bawah lidah, yang berafiliasi pribadi dengan paru-parunya. Rahangnya yang sanggup dikembangkan dengan leluasa, tengkoraknya yang lentur, dan lambungnya yang sanggup melar luar biasa memungkinkan komodo menyantap mangsa yang besar, hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali makan.


Setelah makan, komodo berjalan menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencari sinar matahari untuk berjemur dan mempercepat proses pencernaan. Kalau tidak, masakan itu sanggup membusuk dalam perutnya dan meracuni tubuhnya sendiri. Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar sanggup bertahan dengan hanya makan 12 kali setahun atau kira-kira sekali sebulan.

Setelah daging mangsanya tercerna, komodo memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk, gumpalan mana dikenal sebagai gastric pellet. Setelah itu komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk membersihkan sisa-sisa lendir yang masih menempel, sikap yang mengakibatkan dugaan bahwa komodo, sebagaimana halnya manusia, tidak menyukai busuk ludahnya sendiri.

Dalam kumpulan, komodo yang berukuran paling besar biasanya makan lebih dahulu, diikuti yang berukuran lebih kecil berdasarkan hirarki. Jantan terbesar mengatakan dominansinya melalui bahasa tubuh dan desisannya; yang disambut dengan bahasa yang sama oleh jantan-jantan lain yang lebih kecil untuk menunjukkan pengakuannya atas kekuasaan itu. Komodo-komodo yang berukuran sama mungkin akan berkelahi mengadu kekuatan, dengan cara semacam gulat biawak, hingga salah satunya mengaku kalah dan mundur; meskipun adakalanya yang kalah sanggup terbunuh dalam perkelahian dan dimangsa oleh si pemenang.


Mangsa biawak komodo amat bervariasi, meliputi aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil), burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet, babi hutan, kambing, rusa, kuda, dan kerbau. Komodo muda memangsa serangga, telur, cecak, dan mamalia kecil. Kadang-kadang komodo juga memangsa insan dan mayat yang digali dari lubang makam yang dangkal. Kebiasaan ini mengakibatkan penduduk pulau Komodo menghindari tanah berpasir dan menentukan mengubur mayat di tanah liat, serta menutupi atasnya dengan batu-batu biar tak sanggup digali komodo.

Ada pula yang menduga bahwa komodo berevolusi untuk memangsa gajah kerdil Stegodon yang pernah hidup di Flores. Komodo juga pernah teramati ketika mengejutkan dan menakuti rusa-rusa betina yang tengah hamil, dengan keinginan biar keguguran dan bangkai janinnya sanggup dimangsa, suatu sikap yang juga didapati pada predator besar di Afrika.

Karena tak mempunyai sekat rongga badan, komodo tak sanggup menghirup air atau menjilati air untuk minum (seperti kucing). Alih-alih, komodo ‘mencedok’ air dengan seluruh mulutnya, kemudian mengangkat kepalanya biar air mengalir masuk ke perutnya.

Pada tamat 2005, peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, menyimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus) dan biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari suku Agamidae, kemungkinan mempunyai semacam bisa. Selama ini diketahui bahwa luka-luka tanggapan gigitan hewan-hewan ini sangat rawan infeksi lantaran adanya bakteria yang hidup di verbal kadal-kadal ini, akan tetapi para peneliti ini mengatakan bahwa efek pribadi yang muncul pada luka-luka gigitan itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan menengah.


Para peneliti ini telah mengamati luka-luka di tangan insan tanggapan gigitan biawak Varanus varius, V. scalaris dan komodo, dan semuanya menunjukkan reaksi yang serupa: infeksi secara cepat dalam beberapa menit, gangguan lokal dalam pembekuan darah, rasa sakit yang mencekam hingga ke siku, dengan beberapa tanda-tanda yang bertahan hingga beberapa jam kemudian.

Sebuah kelenjar yang berisi bisa yang amat beracun telah berhasil diambil dari verbal seekor komodo di Kebun Binatang Singapura, dan meyakinkan para peneliti akan kandungan bisa yang dipunyai komodo.


Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga mempunyai aneka kuman mematikan di dalamnya; lebih dari 28 kuman Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini. Bakteri-bakteri tersebut mengakibatkan septikemia pada korbannya. Jika gigitan komodo tidak pribadi membunuh mangsa dan mangsa itu sanggup melarikan diri, umumnya mangsa yang sial ini akan mati dalam waktu satu ahad tanggapan infeksi.

Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo agaknya ialah bakteri Pasteurella multocida yang sangat mematikan; diketahui melalui percobaan dengan tikus laboratorium. Karena komodo nampaknya kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan keinginan sanggup dipakai untuk pengobatan manusia.

Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur komodo diletakkan pada bulan September. Selama periode ini, komodo jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya dengan cara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil bangun di atas kaki belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah. Kedua komodo jantan itu sanggup muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk bertempur.


Pemenang pertarungan akan menjentikkan pengecap panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang betina. Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh biar tidak terluka. Perilaku lain yang diperlihatkan selama proses ini ialah jantan menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung dan menjilat. Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah satu hemipenisnya ke kloaka betina. Komodo sanggup bersifat monogamus dan membentuk "pasangan," suatu sifat yang langka untuk kadal.

Betina akan meletakkan telurnya di lubang tanah, mengorek tebing bukit atau gundukan sarang burung gosong berkaki-jingga yang telah ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan telur-telurnya di sarang yang telah ditinggalkan. Sebuah sarang komodo rata-rata berisi 20 telur yang akan menetas sehabis 7–8 bulan. Betina berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan melindunginya hingga menetas di sekitar bulan April, pada tamat demam isu hujan ketika terdapat sangat banyak serangga.


Proses penetasan ialah perjuangan melelahkan untuk anak komodo, yang keluar dari cangkang telur sehabis menyobeknya dengan gigi telur yang akan tanggal sehabis pekerjaan berat ini selesai. Setelah berhasil menyobek kulit telur, bayi komodo sanggup berbaring di cangkang telur mereka untuk beberapa jam sebelum memulai menggali keluar sarang mereka. Ketika menetas, bayi-bayi ini tak seberapa berdaya dan sanggup dimangsa oleh predator.

Komodo muda menghabiskan tahun-tahun pertamanya di atas pohon, tempat mereka relatif kondusif dari predator, termasuk dari komodo cukup umur yang kanibal, yang sekitar 10% dari makanannya ialah biawak-biawak muda yang berhasil diburu. Komodo membutuhkan tiga hingga lima tahun untuk menjadi dewasa, dan sanggup hidup lebih dari 50 tahun.


Di samping proses reproduksi yang normal, terdapat beberapa tumpuan kasus komodo betina menghasilkan anak tanpa kehadiran pejantan (partenogenesis), fenomena yang juga diketahui muncul pada beberapa spesies reptil lainnya menyerupai pada Cnemidophorus.

0 Response to "Fakta Dan Keunikan Komodo"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel